Foto: Ravyansah (Cuplikcom-IDW)
Jakarta-Cuplikcom-Melalui Winters (2014) dalam buku Beyond Oligarchy Wealth, Power, and Contemporary Indonesian Politics, edited Michael Ford and Thomas B. Pepinski bahwa oligarki merupakan sekelompok aktor yang mempunyai kekayaan sangat besar. Oligarki ini memiliki tujuan untuk melindungi kekayaan serta dapat diartikan sebagai politik yang mempertahankan kekayaan. Sambung dari Vedi Hadiz dan Richard Robison (2014) dalam buku yang selaras bahwa oligarki yakni sistem hubungan kekuasaan yang mungkin memusat pada kekayaan, otoritas, dan pertahanan secara kolektif. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa kepentingan oligarki dapat memperoleh kekuasaan politik serta ekonomi.
Berdasarkan Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) yang dilansir dari tempo.co, dengan temuan kajian bahwa sedikitnya pilihan dari akibat oligarki serta kolusi partai di Pilkada yang tidak sehat untuk pembangunan ekonomi daerah ini. Hal tersebut juga Kekuatan oligarki yang tak dapat tertandingi dengan kekuatan partai politik serta kekuatan sipil. Oleh karena itu, melihat biaya politik di Indonesia yang menjadi mahal semakin menjadi celah untuk oligarki yang mempunyai dana atau finansial yang besar,sumber daya, serta media. Kita bisa melihat dari sosok timses dari Anies-Muhaimin, Prabowo-Gibran, serta Ganjar-Mahfud.
Adapun dari Anies-Muhaimin yang terdapat ada salah satu dari Ketua Umum Partai NasDem yaitu Surya Paloh dan juga pemilik dari Metro TV, Media Indonesia. Kemudian, Prabowo- Gibran terdapat yaitu Rosan Roeslani sebagai Eks Ketua Kadin, Aburizal Bakrie pemilik dari Bakrie Group. Hashim Djojohadikusumo seorang pengusaha pertambangan, perkebunan karet perusahaan arsari, serta program biethanol. Erwin Aksa seorang pengusaha dari Bosowa Group. Pandu syahrir sebagai wakil direktur utama PT TBS Energi Utama Tbk. Putri Kuswisnu Wardani sebagai pengusaha kosmetik dan bos dari Mustika Ratu. Maher Algadri dari perusahaan Kodel Group. Theo Sambuaga sebagai presiden komisaris PT Lippo Cikarang. Erick Tohir sebagai pendiri PT Mahaka Media.
Kemudian, pada Ganjar-Mahfud yaitu dari Ketua Kadin Arsjad Rasjid. Denon Prawiraatmadja pengusaha bidang transportasi udara yaitu CEO Whitesky Group setelah mengakuisisi PT Angkasa Transportindo Selaras. Orias Petrus Moedak yang berperan penting dalam pengambilalihan 51% saham PT Freeport. Heru Dewanto pengusaha bidang jasa konstruksi. Bagas Adhadirga sebagai pendiri dan CEO PT Asia Aero Technology yang bergerak di bidang pengembangan serta pelayanan bandar udara. Regi Wahyu yaitu pengusaha, co-founder sekaligus CEO HARA Token, co-founder dan CEO Dattabot (2015-sekarang), dan Asia Pacific Regional Director DUPONT (2007-2010). Sejumlah perusahaan miliknya bergerak di bidang teknologi dan blokchain. Sandiaga Uno juga sebagai pengusaha dan pemilik dari PT Saratoga Investama Sedaya. Hary Tanoesoedibjo sebagai pemilik dari perusahaan MNC Group. Semua aktor tersebut merupakan relevan dengan Winters (2014) dan Vedi Hadiz dan Richard Robison terkait dengan oligarki.
Dapat disimpulkan bahwa relasi oligarki dan pesta demokrasi pemilu 2024 menjadi hal yang nyata di Indonesia serta oligarki ini menjadi peran dalam akses pada sumber daya baik secara finansial, media, dan sumber daya lainnya. Oligarki juga memanfaatkan sistem politik melalui kebijakan publik untuk dapat melindungi dan memperluas kekayaan pribadi mereka. Melalui pesta demokrasi pemilu 2024 ini bahwa bukan hanya terkait adu gagasan pada visi, misi, dan ide program kerja antar paslon, namun juga kompetisi mengenai kekuatan modal yang mendominasi untuk kegiatan atau aktivitas kampanye, kekuatan logistik, serta kekukatan narasi-narasi di media. Keterlibatan figur-figur yang sudah disebutkan diatas tersebut menjadi soal support system atau dukungan kepada pasangan calon presiden dan calon wakil presiden pilihan mereka serta bagaimana demokrasi di Indonesia sering kali dimanfaatkan sebagai tools atau alat bagi kepentingan bagi orang-orang yang memiliki banyak akan sumber daya. Dengan biaya ataupun istilah lain dengan ongkos politik yang mahal, hal tersebut melalui peran oligarki yang akan memanfaatkan sumber daya mereka baik secara finansial, logistik, media, serta sumber daya yang relevan dalam kegiatan atau aktivitas politik untuk melancarkan support system ke pasangan calon.
Penulis: Ravyansah
(Mahasiswa S2 Departmen Politik Dan Pemerintahan FISIPOL UGM Yogyakarta)